
PKS TEBET - Sekitar dua hari yang lalu ada seorang akhwat yang mengupdate statusnya di Facebook. Yang jelas beliau tidak menulis, “Janda beranak dua.”
Beliau meng-update statusnya sekitar pukul setengah satu pagi. Waktu yang bagi saya belum terlalu ngantuk. Yah. Saya termasuk diantara beberapa ikhwan nokturnal yang selalu gentayangan di malam hari. Siangnya sering tidur dalam jangka waktu hingga dua jam. Lumayan untuk membayar hutang tidur malam hari. Kembali ke status akhwat tersebut, ia menuliskan sesuatu yang amat sangat tidak penting sekali menurut saya. Statusnya bertuliskan, “Gubraks…!”
Saya sudah lama mengenal beliau di dunia maya. Beliau merupakan salah satu penulis di dunia maya yang cukup aktif. Tulisannya nyebar di berbagai akun blog. Sebagian besar merupakan tulisan-tulisan inspiratif tentang kegiatan dan kejadian sosial di sekitarnya yang dialaminya. Namun, melihat status beliau yang sering terasa aneh di Facebook, saya tidak habis pikir, apakah memang Facebook memang membuat orang menjadi bodoh..
Itulah komentar yang saya tuliskan ke statusnya. Tentang kebodohan yang disebabkan oleh Facebook. Ketika melihat status pengguna Facebook yang lain, yang tidak lain adalah aktivis kampus yang saya kenal,saya juga semakin miris.
“Lagi makan malam.”
“Bentar lagi mau tidur”
“Kuliah Advanced Accounting susah banget..”
Terasa miris melihat bagaimana para aktifis kampus yang mengaku kader da’wah ini menggunakan fasilitas seperti Facebook untuk sekedar memberi tahu orang lain apa yang sedang dikerjakannya. Ah, saya teringat status yang agak lucu, tapi ada kedustaan di dalamnya.
“Alhamdulillah, sudah satu rakaat shalat maghrib. Imamnya lagi baca surat Al Ikhlash..”
“Habis makan kadal ijo. Ternyata rasanya nggak enak.”
Beberapa aktifis da’wah memang memanfaatkan update status sebagai ajang memberikan tausiyah. Menurut saya masih sangat sedikit sekali. Bahkan memang terkadang tausiyah yang diberikan adalah semacam pesan berantai yang ditulis orang kemudian dimuat ulang terus menerus. Beberapa menampilkan ayat Al Qur’an atau hadits tertentu di statusnya.
Para aktifis kampus ini, termasuk saya, memang belum bisa memanfaatkan fasilitas semacam Facebook dengan maksimal. Padahal disana ada fasilitas notes yang fungsinya mirip blog. Ada fasilitas kontak untuk menjalin silaturahim. Ada fasilitas album yang bisa digunakan sebagai alat propaganda Islam. Namun, sayangnya kita masih sering terjebak dengan dengan ego dan eksistensi diri dalam pandangan manusia.
Seandainya kita bisa menjadikan Facebook sebagai alat untuk memerangi kebathilan maka tidak ada yang salah dengan Facebook. Namun, memang godaan untuk melakukan maksiat dengan Facebook demikian besar. Ghibah. Dusta. Fitnah.
Seandainya kita bisa memanfaatkan Facebook untuk meng-upgrade kemampuan diri kita, minimal dengan membuat notes, maka kita sudah mewujudkan salah satu cita-cita Imam Hasan Al Banna ketika beliau menulis surat kepada Syaikh Muhammad Al Ghazali di tahun 1945.
"Demikianlah, kalian harus menulis wahai Ikhwanul Muslimin. Menulislah selalu, dan Ruhul Quds niscaya mendukungmu!"
Siapa yang tidak mengenal Syaikh Muhammad Al Ghazali? Berkat surat itu, beliau menulis banyak buku, salah satunya Fiqhus Sirah. Terlalu tinggikah membuat buku bagi kita? Jika demikian maka kita turunkan sedikit dengan ‘sekadar’ tausiyah. Menhilangkan waktu yang terbuang untuk meng-update status tidak jelas dan menggantikannya dengan yang lebih baik.
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al ‘Ashr: 1-3)
Beliau meng-update statusnya sekitar pukul setengah satu pagi. Waktu yang bagi saya belum terlalu ngantuk. Yah. Saya termasuk diantara beberapa ikhwan nokturnal yang selalu gentayangan di malam hari. Siangnya sering tidur dalam jangka waktu hingga dua jam. Lumayan untuk membayar hutang tidur malam hari. Kembali ke status akhwat tersebut, ia menuliskan sesuatu yang amat sangat tidak penting sekali menurut saya. Statusnya bertuliskan, “Gubraks…!”
Saya sudah lama mengenal beliau di dunia maya. Beliau merupakan salah satu penulis di dunia maya yang cukup aktif. Tulisannya nyebar di berbagai akun blog. Sebagian besar merupakan tulisan-tulisan inspiratif tentang kegiatan dan kejadian sosial di sekitarnya yang dialaminya. Namun, melihat status beliau yang sering terasa aneh di Facebook, saya tidak habis pikir, apakah memang Facebook memang membuat orang menjadi bodoh..
Itulah komentar yang saya tuliskan ke statusnya. Tentang kebodohan yang disebabkan oleh Facebook. Ketika melihat status pengguna Facebook yang lain, yang tidak lain adalah aktivis kampus yang saya kenal,saya juga semakin miris.
“Lagi makan malam.”
“Bentar lagi mau tidur”
“Kuliah Advanced Accounting susah banget..”
Terasa miris melihat bagaimana para aktifis kampus yang mengaku kader da’wah ini menggunakan fasilitas seperti Facebook untuk sekedar memberi tahu orang lain apa yang sedang dikerjakannya. Ah, saya teringat status yang agak lucu, tapi ada kedustaan di dalamnya.
“Alhamdulillah, sudah satu rakaat shalat maghrib. Imamnya lagi baca surat Al Ikhlash..”
“Habis makan kadal ijo. Ternyata rasanya nggak enak.”
Beberapa aktifis da’wah memang memanfaatkan update status sebagai ajang memberikan tausiyah. Menurut saya masih sangat sedikit sekali. Bahkan memang terkadang tausiyah yang diberikan adalah semacam pesan berantai yang ditulis orang kemudian dimuat ulang terus menerus. Beberapa menampilkan ayat Al Qur’an atau hadits tertentu di statusnya.
Para aktifis kampus ini, termasuk saya, memang belum bisa memanfaatkan fasilitas semacam Facebook dengan maksimal. Padahal disana ada fasilitas notes yang fungsinya mirip blog. Ada fasilitas kontak untuk menjalin silaturahim. Ada fasilitas album yang bisa digunakan sebagai alat propaganda Islam. Namun, sayangnya kita masih sering terjebak dengan dengan ego dan eksistensi diri dalam pandangan manusia.
Seandainya kita bisa menjadikan Facebook sebagai alat untuk memerangi kebathilan maka tidak ada yang salah dengan Facebook. Namun, memang godaan untuk melakukan maksiat dengan Facebook demikian besar. Ghibah. Dusta. Fitnah.
Seandainya kita bisa memanfaatkan Facebook untuk meng-upgrade kemampuan diri kita, minimal dengan membuat notes, maka kita sudah mewujudkan salah satu cita-cita Imam Hasan Al Banna ketika beliau menulis surat kepada Syaikh Muhammad Al Ghazali di tahun 1945.
"Demikianlah, kalian harus menulis wahai Ikhwanul Muslimin. Menulislah selalu, dan Ruhul Quds niscaya mendukungmu!"
Siapa yang tidak mengenal Syaikh Muhammad Al Ghazali? Berkat surat itu, beliau menulis banyak buku, salah satunya Fiqhus Sirah. Terlalu tinggikah membuat buku bagi kita? Jika demikian maka kita turunkan sedikit dengan ‘sekadar’ tausiyah. Menhilangkan waktu yang terbuang untuk meng-update status tidak jelas dan menggantikannya dengan yang lebih baik.
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al ‘Ashr: 1-3)
Sumber : http://ikhwanstan.multiply.com
0 komentar