background
  • Recent Posts
  • Feature Posts
  • Comments

Kabar PKS

Spice Mag

  • home
  • Technology
    • Sub Menu 1
    • Sun Menu 2
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Follow
    • Follow us on Twitter
    • Find us on Facebook
  • Sports
    • Sub Menu 1
    • Sun Menu 2
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Contact me
    • Contact us
  • Download SpiceMag 1.1

    Facebook Fanpage

    Recent Posts

    Categories

    • Alam Islami (3)
    • Bekerja Untuk Jakarta (106)
    • BERITA (48)
    • Berita Foto (89)
    • Breaking News (903)
    • Dunia Islam (7)
    • feature (34)
    • HAROKAH (2)
    • Kabar DPRa (5)
    • Kegiatan (15)
    • Kiprah PKS (51)
    • kolom (82)
    • Liputan Media (493)
    • Liputan Video (368)
    • Menteri PKS (28)
    • Mukernas PKS (23)
    • Parlementaria (76)
    • Pemilukada (26)
    • PKS 3 Besar (11)
    • PKS TV (351)
    • Profil (4)
    • Profil PKS (8)
    • TAUJIHAT
    • Tulisan Kader (30)
    • Twitter (18)

    footer Post 3

    Tampilkan postingan dengan label TAUJIHAT. Tampilkan semua postingan


    JAKARTA - Militer Mesir kembali melakukan kekerasan terhadap warganya hingga berjatuhan korban tak sedikit. Pemerintah Indonesia harus turut bersuara keras terhadap pelanggaran HAM yang terjadi di negeri piramida tersebut.
    Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq meminta pemerintah Indonesia tidak tinggal diam terhadap peristiwa yang terjadi di Mesir. Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia harus berperan lebih aktif lagi di dunia internasional.
    "Indonesia mesti bersuara keras. Jangan diam. Presiden SBY harus di baris depan menyikapi masalah ini," ujar Mahfudz dalam pernyataan resminya melalui jejaring sosial Twitter, Rabu (14/8/2013).
    Menurutnya, jika pemerintah Indonesia melalui Presiden SBY tidak bersikap tegas terhadap pembantaian di Mesir, itu artinya diam-diam pemerintah memberikan dukungan terhadap kudeta rezim militer yang menjungkirbalikkan hasil pemilu demokratis Mesir.
    Dan Bali Democracy Forum yang digagas Indonesia selama ini lanjut dia, hanyalah etalase mewah untuk panggung retorika para kepala negara.
    Dia mengatakan pemerintah Indonesia tidak cukup hanya menyatakan keprihatinan dan seruan penghentian kekerasan bersenjata. Sikap ini tidak clear. Apalagi sikap itu baru sebatas di level menteri luar negeri. Ini persolan sangat serius sehingga harus level Presiden yang angkat bicara.
    Sikap tegas, keras dan konkrit Indonesia harus clear, alasannya adalah penyelamatan demokrasi dan kemanusiaan di Mesir.
    "Indonesia sebagai negara muslim demokratis terbesar di dunia sangat ditunggu sikap dan peran konkritnya saat ini," cetusnya.
    "Indonesia harus segera ambil inisiatif konkrit misalnya bersama Turki, dan mendesak peran forum multilateral untuk bereaksi konkrit," tegas Mahfudz.
    Komisi I DPR menurut Mahfudz juga mengutuk pembantaian brutal terhadap rakyat sipil Mesir oleh pihak militer. Penguasa Mesir juga harus dikutuk oleh dunia, karena ini bentuk penodaan nyata terhadap demokrasi dan hak asasi manusia.

    Pembantaian ini pelanggaran HAM berat yang juga harus direspons oleh komisi HAM PBB dan pengadilan kriminal internasional. "Ini bisa menjadi pola menular di negara-negara lain yang alami The Arab Spring," pungkas Mahfudz.
    (http://pks.or.id/content/mahfudz-siddiq-indonesia-tak-boleh-tinggal-diam-sikapi-kekerasan-mesir)


    Zaman Ketidakpercayaan

    Di zaman ketidakpercayaan ini
    Jangan pernah lagi bikin janji-janji

    Kalau benar ada api cinta di hatimu
    Bakarlah benci yang tlah merampas keadilan
    Bakarlah serakah yang tlah merenggut kemakmuran

    Jangan pernah lagi bikin janji-janji

    Ajak saja orang-orang miskin itu
    Bicara tentang negeri yang mereka huni

    Ajak saja orang-orang kecil itu
    Bicara tentang keadilan dari hukum yang tak ditegakkan

    Di zaman ketidakpercayaan ini
    Tidur mungkin tak lagi nyenyak
    Tetapi tetap diselingi mimpi yang tak terputus
    Bahwa suatu saat kata masih bisa punya arti

    (Puisi Anis Matta di Liputan 6)

    Sebelumnya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena meleset sehari dari janji untuk menampilkan hasil Polling Partai Politik Pilihan Warga Kompasiana siang kemarin karena ternyata agenda hari ini sangat padat (maklum namanya juga kuli…., hehe…..). 

    Penulis juga mengucapkan terima kasih & penghargaan yang tulus kepada Warga Kompasiana yang telah berpartisipasi dalam Polling Parpol Pilihan Warga Kompasiana yang berlangsung mulai kemarin Rabu, 29 Mei 2013 pukul 12.00 WIB hingga hari ini Kamis, 30 Mei 2013 pukul 06.00 WIB.

    Seperti yang telah penulis janjikan, hasil Polling Partai Politik Pilihan Warga Kompasiana akan penulis sampaikan hari ini beserta sedikit analisisnya (Hehe….., kaya pengamat politik aje….:D). 

    Sebagaimana yang penulis sampaikan kemarin bahwa Polling ini mungkin hasilnya tidak sepenuhnya valid 100% namun bisa menjadi bahan referensi & introspeksi bagi Warga Kompasiana. Hasil polling kali ini pun juga belum tentu menggambarkan bahwa hasil Pemilu 2014 nanti hasilnya mirip/sama tapi masih memungkinkan juga hasilnya bisa mirip/sama karena kedepan dinamikan politik pasti akan semakin asyik. 

    Sebenarnya hasil Polling ini bisa langsung diketahui secara langsung (Real Time) namun ga seru kayaknya jika tidak ada sedikit analisis tentang hasil pollingnya, yuk langsung aja ke TKP.



    Keterangan :

    Suara Tidak Sah : Suara yang tidak memilih 15 Parpol Peserta Pemilu & melebihi batas pemilihan yaitu hari Kamis, 30 Mei 2013 pukul 06.00 WIB. Ada 14 suara PKS, 1 suara PDIP & 1 suara Partai Gerindra yang melebihi batas waktu polling sehingga dianggap tidak sah.

    Golput : Yang menyatakan Golput atau menuliskan angka nol


    Analisis

    Dari hasil Polling Parpol Pilihan Warga Kompasiana diatas ada beberapa hal yang cukup menarik untuk dianalisis:

    1. Apa faktor kemenangan PKS dalam Polling ini?

    2. Mengapa partai-partai lain sangat rendah pemilihnya?

    3. Swing Voters masih sangat besar

    Apa faktor kemenangan PKS dalam Polling ini?

    Cukup menarik jika diperhatikan bahwa ternyata PKS bisa menang mutlak dalam Polling ini padahal Warga Kompasiana sangat heterogen dan tiga bulan terakhir ini dihebohkan dengan berbagai tulisan yang mengulas kasus hukum yang melibatkan LHI yang menyeret PKS, bahkan tak jarang diiringi dengan saling menghujat & mencaci. Lalu mengapa saat dilakukan polling kemarin PKS menang mutlak??? Ada beberapa faktor yang mungkin mendukung kemenangan tersebut :

    1. Kader-kader PKS yang menjadi Warga Kompasiana masih solid & tidak terpengaruh dengan berbagai opini politik & hukum yang menjerat mantan Presiden PKS tersebut dan terus dibahas di Bumi Kompasiana ini.

    2. Ada kemungkinan pemilih PKS tidak semuanya kader PKS, bisa jadi ada diantara mereka adalah swing voters yang selama ini cenderung pasif & lebih banyak diam, menyimak/memperhatikan dinamika politik yang terus dibahas di Bumi Kompasiana ini. Bisa jadi prahara yang menimpa PKS ini justru malah membuat swing voters ini bersimpati dan memilih PKS meski jumlah pastinya tidak tahu berapa.

    3. Rendahnya pemilih partai-partai lain tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi PKS, hal ini menjadi tanda tanya besar apakah memang minat Warga Kompasiana terhadap partai-partai selain PKS sangat rendah? Atau sosialisasi polling ini masih kurang massif?

    Mengapa partai-partai lain sangat rendah pemilihnya?

    Pertanyaan ini juga sangat menarik, mengapa partai-partai selain PKS sangat rendah pemilihnya? Padahal penulis sangat yakin banyak Warga Kompasiana yang menjatuhkan pilihan ke partai-partai lain seperti Partai Demokrat, PDIP, PAN, PKB, Partai Golkar, gerindra, dan lain-lain. Namun mengapa partai-partai tersebut sangat sedikit pemilihnya? Apakah memang sudah terjadi pergeseran? Atau mereka khawatir diketahui afiliasi/pilihan politiknya sehingga memilih untuk tidak ikutan polling? Apapun jawabannya harus tetap dihargai karena itu adalah suara Warga Kompasiana.

    Swing Voters masih sangat besar

    Sebenarnya penulis merasa kurang puas karena yang mengikuti polling ini masih belum banyak padahal Warga Kompasiana jumlahnya pasti sangat banyak meski penulis tidak tahu berapa jumlah populasi Warga Kompasiana. Namun bila dilihat dari jumlah dibaca dengan yang mengikuti polling selisihnya sangat besar.

    Suara swing voters inilah sebenarnya yang sangat menentukan, ini yang harus diperhatikan oleh partai-partai peserta pemilu, mereka harus memiliki strategi yang jitu untuk bisa memperoleh suaranya. Bisa jadi swing voters ini adalah masih banyak diantara mereka yang sebenarnya sudah menentukan pilihan politiknya namun masih malu-malu untuk diketahui oleh public Kompasiana.

    Kesimpulan

    Selamat buat PKS yang menang pada polling kali ini, namun jangan sampai para kader maupun simpatisannya merasa Ge-eR dengan hasil pooling ini karena belum tentu hasil polling ini valid. Jadikanlah ini sebagai motivasi & introspeksi serta bekerja lebih keras lagi jika ingin benar-benar mewujudkan targetnya tembus 3 besar di Pemilu 2014 nanti.

    Bagi pendukung partai-partai lainnya tak perlu berkecil hati penulis yakin jumlah anda tidak seperti yang ada pada hasil polling, mungkin jumlahnya sangat banyak bahkan melebihi PKS tapi mungkin juga sebaliknya.

    So…..bagi yang menang tetaplah rendah hati, bagi yang kalah tak perlu berkecil hati.Tetaplah untuk saling menghormati & menghargai, Warga Kompasiana adalah warga yang terdidik, saling menghargai, santun dalam lisan & tulisan serta saling berkontribusi untuk kemajuan bangsa Indonesia . Mari persembahkan dunia yang indah dan ramah bagi anak-cucu kita kelak.

    Sampai jumpa dalam Polling berikutnya……

    Salam Cinta & Persaudaraan


    Ponco
    Kompasioner


    *http://politik.kompasiana.com/2013/05/31/hasil-polling-parpol-pilihan-warga-kompasiana-pks-menang-telak-564665.html


    Selat Bosphorus, Turki |  27 April 2013


    Bismillaahirrahmaanirrahiem..

    Alhamdulillaahil ladzii jama’anaa haadzaa, wamaa kunnaa linajtami’a laulaa an jama’anallaah. (Segala puji bagi Allah atas pertemuan kita ini, dan tidaklah kita dapat bertemu kecuali Allahlah yang mempertemukan kita)

    Uhayyikum ma’aasyiral ikhwaanii jamii’an, bitahiyyatil Islaam, assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. (Saya sampaikan salam pada Anda sekalian saudara-saudaraku, dengan salam sesuai ajaran Islam, assalaamu ’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh)

    Ikhwan dan akhwat sekalian, hadirin dan secara khusus ibu Dubes yang menemani kita dalam acara ini. Sebelum saya lanjut saya ingin mengucapkan terima kasih dulu kepada ibu Dubes atas makan siang yang luar biasa tadi. Sayangnya kita tidak bisa mengundang Antum (hadirin – red) semua dalam acara makan siang itu.

    Saudara-saudara sekalian, sebelum lanjut sekali lagi saya ingin tahu orang-orangnya masing-masing...

    Yang dari Rusia dulu, mana Rusia? Berdiri.. Berdiri..
    Dari Amerika? (Jawaban hadirin: masih di bandara). Belum sampai dia.
    Dari Inggris? Tangannya gini (sambil mencontohkan salam 3 jari PKS ala Anis Matta).
    Dari Jerman?
    Dari Perancis?
    Dari Itali? Dari mana lagi?

    Belanda? Kalau ini bukan kader PKS. Ini warga negara Belanda. Ibu Dubes, dia sudah jadi warga negara Belanda bu. Jadi sudah keluar dari PKS. Kalau nggak salah dia anggota partai buruh di Belanda. Buat ikhwah di DPP ini bukan joke ya, ini benar beliau warga negara Belanda.

    Kemudian dari Jepang? Berdiri, lihat ke kamera.

    Kemudian kita ke Timur Tengah. Yang dari Mesir mana Mesir? Lihat ke kamera.
    Dari Yordan?

    Kemudian dari Saudi? Mana tadi yang tilawah (membaca Al Qur’an saat pembukaan acara – red) tadi, dari Riyadh?
    Kemudian dari Syria tadi ada? Ini kalau ke sini berarti libur perang dulu ya..
    Kemudian, Qatar? Lihat kamera dulu.
    Kemudian, Sudan? Berdiri.. Berdiri..
    Dari Kuwait?
    Austria? Ini tetangga negara saya nih..
    Dari Turki?

    Kemudian dari mana lagi, sudah? Pakistan. Oh iya, tadi sama-sama main futsal soalnya.
    Ikhwah sekalian, saya sengaja ingin menyebut ini satu per satu, dan dari DPP mudah-mudahan Antum sudah kenal semuanya ya?

    Ini adalah sekjen PKS. Ini habis suaranya, jadi kalau saya jalan, mesti beliau ikut. Ini penting buat ibu Dubes. Saya ceramah, beliau yang nyanyi.
    Nah, ini ada bendahara PKS, ini yang bayar.
    Kemudian bersama kita ini ada dari Dewan Syariah. Ini alumni Riyadh.
    Kalau sekjen ini alumni Jerman bu.
    Kemudian ini ada tokoh kita dari NTB, ini para senior.

    Ust. Arifinto, jadi kalau bicara AD/ART PKS, nah ini orangnya. Ini kamus berjalannya AD/ART PKS. Kemudian ini ada ust. Sumandjaya, kemudian ada kang Aus, sisanya ini adalah ketua-ketua bidang di DPP ada di GMPro, nanti insya Allah masing-masing Antum akan ketemu. Satu persatu, ada ketua bidang Seni Budaya, ada juga ekonomi dan pengembangan kewirausahaan, ada juga bidang pembangunan Umat, ini pemenangan pemilu, dan tim di belakang ini adalah staf dari masing-masing.

    Saya sengaja ingin menyebut ini semuanya, supaya kita semua memiliki perasaan yang sama, bahwa dunia ini bukan hanya kecil karena dia sekarang digambarkan sebagai sebuah kampung kecil, tetapi terutama karena kita semuanya sekarang bisa merasakannya. Bahwa dunia tidak sebesar yang kita duga. Acara ini saya minta diselenggarakan kepada BHLN (Badan Hubungan Luar Negeri PKS – red) hanya dalam waktu satu pekan. Karena saya ingin tahu, kecepatan kita dalam mengorganisasi acara dalam skala dunia, itu seperti apa. Dan ikhwah sekalian, dengan merasakan bahwa dunia itu menjadi kecil karena kita tidak lagi punya kendala operasional, tidak punya kendala untuk bergerak, tidak ada lagi sesuatu yang kita sebut jauh, maka cita-cita yang besar itu juga seharusnya bisa menjadi kecil dalam pikiran kita. Dan apa yang kita anggap besar atau dianggap besar oleh orang, seharusnya juga itu bisa menjadi kecil dalam pikiran kita. Karena yang besar dan yang kecil itu, ukurannya bukan pada realitas, tetapi ukurannya pada cara kita mempersepsi apakah itu hal besar atau kecil. Acara ini memang pertama kali diselenggarakan oleh PKS, walaupun acara di masing-masing region itu selalu ada biasanya. Di Eropa sendiri, di Timur Tengah sendiri, dan seterusnya. Tetapi saya sengaja mengadakan acara ini dengan tiga tujuan.

    Tujuan yang pertama adalah menyempurnakan semua langkah-langkah konsolidasi yang sudah kita lakukan sejak prahara yang lalu, sampai puncaknya kemarin di acara Milad PKS dan juga Rapimnas. Dan sekarang kita bikin closing yang manis di sini, dengan mengundang seluruh kader PKS di seluruh dunia yang ada insya Allah, untuk hadir di Istanbul ini. Dan langkah konsolidasi ini saudara-saudara sekalian, tujuan utamanya saya kira bukan lagi mencegah demoralisasi dalam hati kita semuanya seperti yang dikira banyak orang, tetapi terutama adalah sekarang ini, dalam situasi sekarang ini, terutama bertujuan untuk mempertahankan kegembiraan di dalam diri kita semuanya. Mempertahankan keceriaan di dalam diri kita semuanya. Karena kita tidak bisa melakukan hal-hal besar di dalam hidup kita kecuali kalau mood yang bersumber dari kegembiraan itu ada di dalam diri kita semuanya.

    Dan sengaja kita adakan ini di bulan empat, ini musim semi, musim bunga. Segala hal tumbuh di musim semi ini. Dan sekarang di Istanbul ada festival Tulip juga, supaya kita tahu bahwa insya Allah tahun 2013 ini, datang 2014, itu akan menjadi musim semi bagi PKS insya Allah.

    Kegembiraan ini saudara-saudara sekalian, saya perlu menggarisbawahi. Sumber energi kita, kekuatan kita, dalam mencapai hal-hal besar di dalam hidup kita itu ditentukan oleh kemampuan kita mempertahankan sumber kegembiraan itu. Karena itu tidak boleh ada peristiwa di dalam hidup ini yang bisa mencabut kegembiraan dari hati kita semuanya. Tidak boleh ada. Jangan biarkan ada peristiwa dalam hidup ini yang bisa mencabut kegembiraan dari hati kita. Kalau kita punya kegembiraan di dalam hati kita, yang akan muncul kemudian itu adalah perasaan berdaya. Keberdayaan ini ikhwah sekalian, saudara sekalian, ini juga yang menentukan seberapa jauh kaki kita bisa melangkah. Banyak hal-hal besar yang bisa kita lakukan, tapi seringkali kita tidak melakukannya karena kita punya perasaan tidak berdaya. Yang dalam bahasa kita disebut dengan al-‘ajz. Karena itu Rasulullah SAW menganjurkan kita membaca doa dua kali dalam satu hari untuk dijauhkan dari al-‘ajz. Allahumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazan, wa a’uudzubika minal ‘ajzi wal kasal. Al-hammu wal hazn, gundah gulana, kegalauan, kesedihan, itu adalah virus yang mematikan sumber kegembiraan kita. Dan itu tidak boleh ada. Itu ada di dalam dasar jiwa kita dan itu harus dikeluarkan.

    Karena itu di dalam Qur’an, emosi yang merupakan antitesa dari iman, itu ada dua yang paling banyak diulang dalam Qur’an. Yang pertama adalah al-huzn atau kesedihan, dan yang kedua adalah al-khauf atau rasa takut. Itu sangat mendasar dalam Qur’an. Kalau kita punya perasaan itu di dalam diri kita, yaitu kesedihan dan ketakutan, maka yang akan muncul selanjutnya adalah perasaan tidak berdaya, al ‘ajz. Dan kalau kita tidak berdaya, merasa tidak berdaya, walaupun sebenarnya berdaya, yang muncul kemudian itu adalah al-kasal, kemalasan. Dan kalau kita malas, yang muncul kemudian itu adalah, tidak berdaya dan malas ini adalah karakter yang berhubungan dengan diri kita ke dalam. Tapi akan muncul karakter selanjutnya yang berhubungan dengan hubungan sosial politik kita, wa a’uudzubika minal jubni wal bukhl. Dan kita akan menjadi pengecut, tidak berani mengambil resiko, tidak berani melakukan langkah-langkah besar, karena selalu dihantui oleh ketakutan. Wa a’uudzubika minal jubni wal bukhl. Karena itu tidak mau berkorban. Itu satu paket sifat-sifat ini, tapi dua sifat ini yaitu pengecut dan pelit, itu berhubungan dengan hubungan sosial kita. Dan karena itu, kalau ini ada, yang akan muncul selanjutnya adalah realitas sosial, wa a’uudzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijaal. Dililit hutang, dan ditindas orang lain. Artinya apa? Secara ekonomi marginal, secara politik juga marginal. Dan saudara-saudara sekalian perhatikan, akarnya adalah al-hammu wal hazan, itu akar psikologisnya.

    Karena itu saudara-saudara sekalian, kita adakan acara ini di sini, supaya kita mempertahankan sumber kegembiraan kita bahwa dunia ini ternyata kecil-kecil saja, tidak sebesar yang kita duga. Bahwa masalah yang kita hadapi ini ternyata tidak sebesar yang kita duga. Dan bahwa sebenarnya cita-cita yang ingin kita capai ini insya Allah, ada dalam jangkauan kaki kita dan ada dalam jangkauan tangan kita, insya Allah. Dan karena kita berjalan, doa musafir ini makbul, tadi ust. Ahzar sudah membacakan doa dengan sangat baik, waman yuhaajir fii sabiilillaah, yajida fil ardhi muraaghaman katsiiran wa sa’ah. Banyak faidah yang akan dia dapat, dan terutama itu adalah kelapangan. Saudara-saudara sekalian, itu tujuan pertama kita semuanya berkumpul di sini. Dan karena itu saya ingin Antum semua merasakan bahwa suatu waktu Antum bukan lagi sekadar perwakilan-perwakilan PKS di situ.


    Nah ini terkait dengan tujuan yang kedua. Setelah tujuan konsolidasi ini saya juga ingin menegaskan dalam momentum ini bahwa saat ini kita juga akan mengembangkan seluruh target kerja dan juga fungsi-fungsi dari BHLN. Saya tahu selama ini kerja-kerja BHLN itu lebih banyak bersifat tarbawi. Pembinaan kader-kader yang ada di sana, karena umumnya adalah pelajar dan pekerja. Masyarakat Indonesia yang ada di satu negara itu. Itu yang kita garap, dan terutama yang kita lakukan itu hanya kerja-kerja pengkaderan bu. Dan karena fokus kita pada kerja-kerja pengkaderan, biasanya saya melihat keberadaan kader-kader kita di luar negeri ini tidak dimaksimalkan. Termasuk di dalam orientasi pribadi masing-masing. Yang saya maksud orientasi pribadi itu begini. Ada kader yang misalnya belajar di luar negeri. Dia hanya fokus di bidangnya itu, tetapi apa yang merupakan fungsi-fungsi dasar yang sebenarnya bisa dia lakukan waktu dia ada di luar, itu tidak dilakukannya, karena itu di luar dari concern-nya. Di luar dari perhatiannya.

    Dan mulai dari sekarang, kita juga ingin memberikan beban baru kepada BHLN, yaitu menambah bebannya kepada kerja-kerja tarbawi pengkaderan itu, juga dengan kerja-kerja diplomasi. Dan karena itu nanti, BHLN bukan hanya bekerja mengkonsolidasi kader-kader PKS yang ada di luar negeri, tetapi juga menjadi ujung tombak yang menghubungkan PKS pertama-tama dengan semua partai-partai yang ada di luar negeri. Sebab seperti yang saya sampaikan di Milad kemarin, bahwa misi kita ini adalah misi yang beyond politics. Lebih dari sekadar tujuan politik, misi kita adalah misi peradaban, misi kita adalah misi kemanusiaan.

    Dan Antum semuanya, saudara-saudara semua yang ada di luar negeri sekarang, akan kita berikan beban untuk mulai melakukan juga kerja-kerja diplomasi. Dan salah satu hal yang akan kita lakukan nanti adalah memperkuat hubungan Partai Keadilan Sejahtera dengan seluruh partai politik yang ada di dunia. Dan saudara-saudara yang ada di luar negeri semuanya itu, akan menjadi ujung tombak dari penguatan hubungan internasional itu. Oleh karena itu saudara-saudara sekalian, terutama di BHLN, saya sudah menyampaikan beberapa kali kepada ketuanya, bahwa persiapkan infrastrukturnya, persiapkan SDM-nya untuk melakukan fungsi-fungsi yang lebih besar daripada yang selama ini sudah dilakukan BHLN. Yaitu fungsi-fungsi diplomasi itu tadi. Karena itu saya juga meminta BHLN supaya nanti semua kapasitas SDM yang kita perlukan dalam sebuah hubungan internasional yang kuat itu harus ada. Termasuk di dalamnya adalah spesialisasi yang kita perlukan.

    Dan salah satu jenis spesialisasi yang perlukan itu adalah ahli-ahli dalam studi kawasan. Saya ingin menegaskan ini dari sekarang, karena saya sudah menyampaikannya kepada pak Taufiq (sekjen PKS – red) supaya ini disiapkan. Kita perlu banyak kader sebagai ahli dalam studi kawasan Amerika misalnya, studi tentang Eropa, studi tentang Timur Tengah, tentang Afrika, Rusia, Asia Tengah, dan seterusnya. Kenapa ini perlu saya tegaskan sekarang? Karena kita ini ditakdirkan oleh Allah SWT, berada dalam sebuah negara Islam terbesar di dunia. Dan berada dalam negara keempat terbesar di dunia. Jadi kalau kita mengatakan bahwa PKS sekarang ini adalah partai Islam terbesar di Indonesia, itu artinya partai ini adalah partai Islam terbesar di semua negara Islam, terbesar di dunia. Jadi jangan under estimate dalam hal kita mempersepsi diri sendiri.

    Turki ini penduduknya berapa? Sekitar 70an (juta) kalau tidak salah, kan? Satu di antara yang terbesar di kawasan ini, karena Mesir kalau tidak salah sekitar 80-85 (juta), Iran mungkin 60-70an (juta) juga sekarang kalau dipetakan. Ini adalah negara-negara besar di kawasan ini semuanya. 22 negara Arab semuanya kalau dikumpulkan baru sama jumlahnya dengan seluruh populasi Indonesia. Karena itu ada seorang politisi di Kuwait, suatu waktu konsultasi dengan NDI (National Democratic Institute – red). Bagaimana cara saya kampanye di dapil saya? Ini NDI bertanya kepada si calon/caleg ini, berapa jumlah pemilih di dapil Anda itu? Dia bilang 3.000. NDI bilang Anda tidak perlu kampanye. Ketuk pintu tiap rumah, Anda menang. Tapi berapa jumlah pemilih di dapilnya pak Syahfan (salah satu kader PKS yang hadir) misalnya, ketua BP3. Itu satu provinsi totalnya bu, seluruh provinsi Bengkulu itu adalah dapilnya. Jadi bisa kita bayangkan perbedaan ada skala. Tapi kita ini saudara-saudara sekalian, terbiasa mempersepsi diri kita itu kecil. Dan karena itu tidak membayangkan bahwa kita juga bisa melakukan kerja-kerja besar. Padahal orang lain memandang kita dengan cara yang sangat berbeda.

    Dan salah satu kelemahan Indonesia sekarang ini, mumpung ada ketua komisinya di sini, dan juga mungkin mumpung ada ibu dubes. Saya juga dulu di komisi satu pak. Salah satu kelemahan besar Indonesia yang dicatat oleh seluruh negara-negara Islam itu salah satunya adalah peran Indonesia dalam masalah-masalah internasional tidak terlalu kuat, posisinya itu tidak terlalu kuat. Kita tidak punya standing yang kuat dalam banyak sekali masalah-masalah internasional, padahal orang berharap bahwa sebagai negara muslim terbesar di dunia seharusnya kita terlibat dalam masalah-masalah besar itu. Dan sebagai negara keempat terbesar di dunia, seharusnya kita mengambil peran yang sama besarnya dengan ukuran kita sendiri sebagai negara besar. Coba Antum bayangkan Qatar misalnya dengan penduduk asli cuma sekitar 200 ribu orang, dan sekarang jadi 1,4 (juta) karena eks-patriat yang datang ke sana, itu bisa melakukan kerja-kerja besar dengan hanya penduduk yang kecil seperti itu. Misalnya fungsi-fungsi mediasi, dan itu sebenarnya yang seharusnya dilakukan oleh Indonesia sebagai the big brother bagi seluruh negara-negara Islam di dunia. Dan karena itu saudara sekalian, kita ingin menyiapkan infrastruktur ini dari sekarang, supaya kita tidak lagi berfikir bekerja dalam skala Indonesia, tetapi mulai berfikir dalam skala global.

    Untuk tujuan yang kedua ini maka perlu ada tujuan yang ketiga dari acara ini. Yaitu kita perlu mencari sumber inspirasi sejarah. Itu juga itu sebabnya kita mengadakannya di sini. Yang kita inginkan, yang saya inginkan dari saudara-saudara sekalian yang datang di sini, bukan sekadar membaca sejarah Istanbul ini, dan bukan sekadar mengenang pembebasan Konstantinopel dulu pada abad ke-15. Tetapi yang lebih penting dari itu semuanya adalah menyadari bahwa semua peristiwa besar di dalam sejarah itu disebut besar karena peristiwa itu beyond imagination. Di luar dari imajinasi orang. Dulu Muhammad Al-Fatih itu diangkat menjadi khalifah waktu umurnya 16 tahun. Karena itu diledek oleh semua senior-senior yang ada di kerajaan. Apa yang bisa dilakukan anak muda kecil ini? Lalu dia berfikir, apa yang tidak dipikirkan oleh para senior itu semua. Dan yang tidak bisa dipikirkan oleh mereka adalah membebaskan Konstantinopel. Dan itu yang dia jadikan sebagai tujuannya. Dan beliau membebaskan Konstantinopel ini dalam umur 23 tahun. Saya menggarisbawahi umur 23 tahun ini supaya kita jangan merasa terlalu muda. Kita ini sudah tua untuk ukuran pencapaian orang-orang itu semua. Iya kan? Tetapi yang dilakukan itu adalah sesuatu yang di luar imajinasi orang. Dan segala sesuatu yang besar di dalam sejarah itu disebut besar karena dia ada di luar imajinasi kita semuanya, setidaknya di luar imajinasi orang-orang yang hidup di zamannya.

    Dan karena itu jika kita ingin mencapai misi-misi besar di dalam hidup kita, persiapkanlah diri kita melakukan sesuatu di luar imajinasi orang lain. Dan jika saya mengatakan bahwa misi PKS itu beyond politics, itu berarti bahwa kita juga harus melakukan langkah-langkah beyond imajination. Saya ingin menggarisbawahi masalah imajinasi ini. Karena semua penciptaan realitas itu pada mulanya diciptakan dalam imajinasi. Segala sesuatu yang menjadi kenyataan di bumi ini, jauh sebelum dia menjadi kenyataan, pertama-tama dia menjadi kenyataan dalam imajinasi. Itu dulu. Dan karena itu kita perlu memberi ruang bagi imajinasi kita ini semuanya, supaya cita-cita yang besar itu disertai dengan langkah-langkah yang besar di luar dari imajinasi orang. Tetapi sebelumnya seperti apa yang saya katakan tadi, kita perlu membebaskan diri kita dari semua kendala-kendala psikologis itu tadi. Galau, khawatir, sedih, takut, dan seterusnya, kita lepas diri kita semua dari perasaan itu, setelah itu kita buka pintu imajinasi kita seluas-luasnya.

    Dan saya katakan kepada seluruh kader PKS waktu di Semarang, hari ini kita akan membuat rencana pemenangan pemilu, tetapi rencana ini tidak ada detailnya. Yang ada targetnya. Yang ada milestone-nya. Isinya seperti apa? Kita serahkan pada seluruh orang-orang lapangan untuk berijtihad sebebas-bebasnya. Karena boleh jadi, kita pikir kita yang ada di DPP ini sudah berfikir keras, tapi ada anak muda yang kerjanya cuma mengkhayal setiap hari, boleh jadi dia mempunyai ide yang jauh lebih bagus dari kita yang setiap hari telah merasa berfikir keras. Dan karena itu saya menginginkan seluruh kader kita, beri ruang bagi imajinasi kita untuk bekerja. Supaya seluruh kekuatan produktivitas kita itu mempunyai akar di dalam diri kita semuanya, yaitu ada pada kekuatan imajinasi kita semuanya.

    Saudara-saudara sekalian, ini tiga tujuan dari pertemuan acara yang kita selenggarakan di Istanbul ini. Dan sekali lagi karena yang ingin kita capai ini adalah misi besar, yang saya sebutkan sebagai misi peradaban, dan bukan sekadar target-target politik, termasuk di dalamnya adalah pemenangan pemilu 2014 itu. Dan saya menganggap bahwa pemenangan pemilu 2014 ini hanyalah jembatan menuju cita-cita yang jauh lebih besar daripada cita-cita politik yang sederhana itu. Ada cita-cita kemanusiaan, cita-cita peradaban, yang jauh lebih besar dari itu. Dan saya kira, waktu kita memimpin Indonesia nanti insya Allah, janganlah membayangkan bahwa kita hanya akan memimpin Indonesia. Tetapi kita juga akan membawa Indonesia menjadi salah satu kekuatan yang menentukan masa depan dunia. Dan itu sebabnya nanti saudara-saudara sekalian, ini nanti ada pertemuan dengan AKP (Justice and Development Party of Turkey – Turkish: Adalet ve Kalkinma Partisi) pada hari Selasa. Ada GMPro nanti, dan juga dari fraksi, saya ingin mereka semua menyampaikan satu ide kepada AKP. Ini kita usulkan, kita propose kepada mereka, bahwa sekarang waktunya seluruh partai Islam di dunia membuat satu forum internasional. Untuk partai-partai Islam sedunia itu tempat kita membicarakan isu-isu global, dan bagaimana Islam bisa memberi kontribusi bagi penyelesaian masalah-masalah global tersebut. Sekarang ada banyak forum global, dan seharusnya kita juga bisa menciptakan forum yang sama dengan itu.

    Saya mau cerita sedikit ke ibu dubes, beberapa bulan yang lalu saya diundang secara pribadi ke sini, tadi kita lewati istananya di situ, di Kempinski itu ada Ciragan Palace, yang jadi host-nya itu Menlu Turki Ahmet Davutoglu waktu itu. Itu adalah satu forum, namanya Oriental Forum. Forum timur yang salah satu cita-citanya adalah menghadirkan seluruh strategic civil dari berbagai negara, dan pada pertemuan terakhir bulan Februari, cuma saya tidak datang yang Februari ini karena baru jadi Presiden di PKS. Yang sebelumnya saya datang pada pertemuan sebelumnya. Temanya tentang The New Map After Arab Spring. Tentang masalah strategis seperti itu. Saya kira kita sudah waktunya nanti mengusulkan kepada partai-partai Islam yang ada di dunia sekarang ini untuk membentuk satu forum internasional, dimana kita ikut mempromosikan tiga hal, bukan hanya bagi dunia Islam tetapi bagi dunia seluruhnya. Dan saya kira ini adalah misi global PKS.

    Yang pertama, ikut mempromosikan demokrasi, yang kedua global prosperity, dan yang ketiga adalah global peace. Jadi kita harus ikut mendukung tiga isu besar ini. Ikut mempromosikan demokrasi, kesejahteraan global, dan juga perdamaian global.

    Dan saudara-saudara sekalian, karena tiga misi ini, misi global yang kita emban ini, dan ini akan menjadi pesan bagi PKS insya Allah, untuk mempromosikan ini. Kita menginginkan kesejahteraan bukan hanya bagi diri kita, tetapi juga bagi seluruh penduduk bumi ini. Kita menginginkan perdamaian bukan hanya bagi negeri kita, tapi juga bagi seluruh penduduk bumi ini. Kita menginginkan demokrasi juga menjadi sistem politik bukan hanya bagi negeri kita, tapi juga demokrasi menjadi sistem politik bagi seluruh dunia. Kita ikut mempromosikan itu semua, karena salah satu kandungan inti dari nanti demokrasi itu adalah menciptakan global justice. Keadilan global. Dan saya kira dengan ide-ide dasar seperti ini, kita bisa masuk, berbagi dengan semua kekuatan yang ada di dunia, untuk ikut serta memberikan solusi bagi masalah-masalah yang dialami oleh dunia.

    Apalagi kalau kita melihat sekarang ini, masalah besar yang dihadapi oleh dunia sekarang ini, salah satunya adalah masalah energy security, kemudian juga masalah food security. Ini masalah pangan, masalah energi yang dihadapi oleh seluruh dunia sekarang ini sebagai salah satu masalah masa depan yang paling krusial. Dan kalau kita bicara energi, hampir-hampir bisa kita katakan kita bicara tentang dunia Islam seluruhnya. Iya kan? Hampir-hampir bisa kita katakan seperti itu. Dan juga kalau kita bicara pangan walaupun ini mungkin kita share dengan yang lainnya tetapi kita perlu juga mengetahui bahwa kita bisa ikut memberikan share yang besar dalam proses penyelesaian masalah-masalah global seperti ini. Dan karena itu saya berharap nanti GMPro dengan fraksi waktu menyampaikan, waktu bertemu dengan AKP nanti ini tolong disampaikan kepada mereka ide ini, karena sebenarnya ini sudah berkali-kali kita bicarakan dalam berbagai forum. Tapi ini disampaikan lagi, mudah-mudahan insya Allah ide ini bisa kita wujudkan dalam waktu yang tidak terlalu jauh, supaya kita mulai juga ikut terlibat dalam penyelesaian masalah-masalah global.

    Saudara-saudara sekalian, kalau kita ikut menyelesaikan masalah-masalah global seperti ini, itu secara de facto artinya, kita ingin ikut menghapuskan semua kekhawatiran orang tentang kehadiran partai Islam di pentas nasional dan juga kehadiran partai Islam di pentas global. Yang selama ini masih sering dianggap ancaman, atau ada sikap under estimate dari orang-orang, karena mereka mereka menganggap bahwa para aktivis partai Islam ini, lebih banyak mendekati masalah ideologis, dan tidak punya kapasitas yang memadai untuk mengimplementasikan ideologi itu menjadi agenda kerja. Dan karena itu jika mereka memimpin, mereka tidak akan berhasil. Dan saya kira dengan memberikan jawaban dalam bentuk implementasi, jawaban dalam bentuk performance seperti itu, mudah-mudahan kita bisa menghapus kekhawatiran semua orang tentang kehadiran partai Islam di pentas global. Termasuk di antaranya adalah kekhawatiran orang, termasuk di negeri kita, jika partai Islam memimpin, apa yang bisa mereka lakukan? Nah, menjawab kekhawatiran seperti ini dalam bentuk performance, dalam bentuk kerja, itu jauh lebih efektif daripada memberikan penjelasan ideologi kepada mereka itu. Dan dengan menjawab masalah secara de facto seperti itu insya Allah, saya kira kekhawatiran itu akan berbalik menjadi rasa ingin tahu yang besar kepada agenda kemanusiaan yang kita bawa ini. Dan saya membayangkan bahwa insya Allah itu akan terjadi dalam waktu yang tidak terlalu jauh.

    Saudara-saudara sekalian, mudah-mudahan insya Allah dengan urutan sistematika kerja seperti ini, kita bisa menciptakan hidup yang lebih produktif dari apa yang ada sekarang. Dan misi-misi besar seperti itu saudara-saudara sekalian, hanya bisa kita capai kalau kita punya tiga semangat yang sudah kita putuskan di Rapimnas kemarin.

    Yang pertama adalah kita datang dalam dunia politik ini membawa cinta. Yang kedua kita juga datang dengan semangat bekerja. Dan yang ketiga adalah, kita datang dengan semangat untuk menciptakan harmoni.
    Cinta itu menyatukan segala hal yang berserakan, menyambung segala hal yang terputus. Dan jika kita menerapkan hukum dengan pendekatan cinta, kita insya Allah juga bisa menciptakan keadilan. Karena hukum itu tidak ditegakkan untuk menyiksa orang dengan hukuman, tidak. Hukum itu adalah tools of change. Itu adalah alat perubahan. Dan karena itu dia harus mempunyai fungsi itu. Dan jika kita ingin memfungsikan hukum sebagai alat perubahan, sebagai tools of chage, dia harus dikelola dengan cinta.
    Dan yang kedua, kita juga ingin semua orang yang punya semangat bekerja itu punya tempat di negeri kita. Dan kita juga ingin tumbuh menjadi bangsa yang sejahtera dari kekuatan kita sendiri, karena kita bekerja dengan tenaga yang kita miliki, dengan etos kerja keras yang kita miliki. Sebab siapa pun yang bekerja keras, insya Allah pasti akan menciptakan hasil.
    Dan yang ketiga, kita juga ingin menciptakan harmoni, supaya kehidupan sosial kita itu damai. Karena tidak ada arti bagi semua pencapaian kita ini, kecuali kalau kita bisa mengelola perbedaan-perbedaan kita itu dan menciptakan harmoni.

    Saudara-saudara sekalian, dengan tiga nilai-nilai inti ini, saya berharap insya Allah PKS bukan hanya menang dalam pemilu, tetapi terutama bisa menghidupkan kembali nilai-nilai inti masyarakat Indonesia. Dan dengan nilai-nilai inti masyarakat Indonesia ini, kita juga bisa membawa sesuatu perubahan besar bukan hanya bagi Indonesia, tapi juga bagi kehidupan kemanusiaan di seluruh dunia ini insya Allah. Inilah kerja-kerja yang saya maksud, bukan beyond politics bagi kita di Indonesia, tapi saya kira bagi kebanyakan orang di Indonesia ini juga adalah beyond imagination. Di luar dari imajinasi yang ada pada mereka itu.

    Saudara-saudara sekalian, mudah-mudahan dengan keberadaan kita semua di sini, kita bisa menyerap aura dari Muhammad Al-Fatih itu, yaitu aura untuk melakukan hal-hal besar di luar dari imajinasi semua orang. Dan karena itu, mudah-mudahan semua yang hadir di sini, dari berbagai negara di sini punya perasaan yang sama. Saya tahu jika menghitung suara, suara di mana Antum tinggal itu tidak besar. Iya kan? Tidak banyak. Yang di Rusia mungkin tidak banyak. Iya kan? Yang di Emirat Arab tidak banyak suara yang ada di situ. Tapi tujuannya bukan suara. Sekali lagi, tujuannya bukan suara. Suara itu akan kita ambil dengan sendirinya, tapi tujuannya bukan itu. Saya ingin idenya lah yang masuk ke dalam pikiran saudara-saudara semuanya, auranyalah yang kita serap insya Allah. Dan karena itu suatu waktu kita bisa melakukan kerja-kerja lebih besar daripada apa yang diimajinasikan orang selama ini insya Allah.

    Saya mau tanya Antum semua, terutama yang sebelah kanan ini. Ini kira-kira kita siap tidak melakukan kerja-kerja besar seperti ini? Kurang mantap suaranya. Siap? Siap?
    Kita tanya dulu Rusia siap nggak ini? Waah, mantap, Rusia mantap.
    Belanda siap? Luar biasa.
    Mesir siap?
    Yordan? Mantap.
    Inggris siap?

    Saya kira insya Allah dengan kesiapan seperti ini mudah-mudahan sekali lagi, saya sekarang menjadi sangat yakin bahwa apa yang kita cita-citakan masuk tiga besar insya Allah dapat jadi kenyataan. Dan saya juga semakin yakin bahwa kita bukan hanya akan masuk tiga besar, tetapi insya Allah dalam waktu yang tidak terlalu lama, kita akan memimpin republik yang kita cintai ini.

    Was salaamu ’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh..





    *dakwatuna


    by @Fahrihamzah

    Sabarlah ikhwan, tak perlu kau yakinkan orang bahwa kau benar dan kita orang baik2.

    Dan tak perlu bersedih, kau belum apa2 hanya berita di layar kaca. Menangislah dalam sepimu.

    Kebenaran takkan mendua, apa yg membuatmu yakin dan tenang adalah kebenaran.

    Sebaliknya kegelisahanmu hanya karena kau belum yakin dengan apa yg kau pegang. Kita memegang janji setia.

    Sewaktu janjimu diambil kau masih belia. Dan kau yakin bahwa apapun meski langit runtuh kebenaran akan kita pegang.

    Waktu mengayunkan kaki kita, dunia makin gelap. Tanda-tanda makin tak jelas. Dan kita ada di dalamnya.

    Dan ketika kau tak sadar kadang kau merasa tak lagi murni dan keresahan mulai merogoh hatimu.

    Hela nafasmu sejenak ya ikhwan, lagi2 kau sedang diajar makna ikhlas...karena untuk apakah amal dan kerjamu?

    Jiwa kita yg diseret dunia bergetah ini adalah jiwa muda yang lentur kadang2 mudah luntur.

    Tataplah langit dan gemintang malam ini. Kau pasti tahu bahwa tidak mungkin ini semua main-main. GUSTI ALLAH ORA SARE.

    Kita tidak bekerja untuk partai apalagi untuk manusia yg sangat mungkin bersalah.

    Kita tidak bekerja untuk kemenangan suara politik yang kadang dapat menjadi awal bencana kemanusiaan

    Kita tidak sedang membangun tahta kuasa. Kita sedang membangun kesadaran bahwa ada yg lebih besar dari kekuasaan.

    Dan malam ini kau di sentak kembali oleh satu frasa lama: betapa menggodanya orang punya kuasa.

    Kekuasan itu kata franklin, adalah pencipta selera yang paling tinggi.semua orang berduyun mengejarnya.

    Ada perempuan, ada laki2 dan ada perantara yang membawa uang kemana-mana. Kekuasaan menggelap mata siapa saja.

    Orang2 yg sedang menggunakan kekuasaan super body-nya pun menyangka dia telah aman dari fatamorgana ini.

    Lihatlah efek kekuasaan pada semua orang yg dangkal akan sama: sombong, sewenang2 dan tak mau mendengar saran.

    Kesombongan tak nampak pada bahasa yg keras atau tinggi tapi pada sikap sok tahu dan merasa selalu benar.

    Orang2 ini menggunakan kekuasaannya seperti orang kesurupan. Dan mereka menyebut diri mewakili negara menegakkan moral.

    Mereka menganggap negara harus selalu benar dan negara harus selalu menang. Karenanya segala cara menjadi benar.

    Takkan lama, semua tirani akan mendapat perlawanan sesuci apapun dalih mereka.

    Agamapun yg digunakan untuk melanggengkan tiran akan hancur berkeping dan sirna. Apalagi secuil kuasa extra.

    Berniatlah kawan, untuk melawan tirani meski itu melekat pada diri kita sendiri meski kita harus mati.

    Dan kesabaranmu akan merontokkan topeng2 badut itu sebentar lagi. Asal niatmu benar.

    Karena hanya niat yang benar yang membuat kita bertahan dalam perlawanan.

    Karena hanya niat yang benar yang dapat membedakan hukum dan balas dendam.

    Dan karena hanya niat yg benar yang dapat membuat kita semua selalu siap dengan segala kemungkinan. Sekian.



    *https://twitter.com/Fahrihamzah


    "Aku Tidak Heran"
     By @IskanQL
    (Kultwit Ust Iskan Qolba Lubis, MA)

    Dalam sejarah da'wah, tantangan dn rintangan sdh sunnatulloh, doa Nabi "Ya Alloh tetapkanlah tanah tempatku berpijak"

    aku tdk heran, kalau da'wah diserang dg media yg bertubi2, krn  tdk punya media dan uang u/menjawabnya, hasbunalloh..

    aku tdk heran, banyak kader yg gelisah, karena mrk bingung apasih yg sdg terjadi, dunia yg penuh intrik, dan ketidakadilan, alaihi tawakkalna..

    aku tdk heran, reses di daerah terpencil, hrs menjawab rumor2 yg direkayasa media JKT, kasihan org2 desa disuguhkn hal2 yg tdk berguna bg mrk.

    aku tdk heran, bahwa kader2 da'wah akan diterpa dlm masa2sulit, sbg proses tamhis, seleksi dr Tuhan kpd mrk, Allohu musta'an..

    aku tdk heran, mrk bisa berbuat apa sj, tp yg tdk bisa mrk lakukan adlh mencuri kebenaran yg ada di dada para kader, Alloh yarhamuna..

    aku tdk heran, msh terngiang2 dlm ingatan sy, mendapatkn materi "Mu'tamar Khomis" umur msh belia 20an sbg mhs di Mesir.

    Mu'tamar Khomis adlh realita da'wah di Mesir dan masuk marhalah pembantaian da'wah dan masa2 sulit.

    aku tdk heran, begitulah realita pergerakan, hatta pergerakan bathilpun mengalami hal yg sama, sabarlah...

    aku tdk heran, kata kuncinya "laa taghdob" kendalikan emosi, "laa tahzan" jangan bersedih, tegarlah kawan..

    aku tdk heran, betapa lezatnya jihad dimasa2sulit, kedekatan dg Alloh dn taqorrub kpd-Nya sangat indah..

    aku tdk heran, selama iman msh menancap dlm kalbu kader, tdk ada yg sia2 dlm perjuangan, Alloh ghoyaatuna..

    aku tdk heran, Guruku bilang, da'wah menuju ustaziatul alam, dimana nilai2 kebenarn mnjadi referensi peradabn, mrk mengira da'wah u/skdr kursi?

    aku tdk heran, menjadikan qiyadah sbg target, da'wah dan Dai hal yg terpisahkn, spt dua sisi mata uang.

    Itu sebabnya ktk Rasul mengirm "surat2dawahnya"sll brtanya "siapa yg membawa surat saya" menjelaskan nilai dg perilaku lebih mudah.

    Pasrahnya tukang sihir Firaun dlm cobaan bukti kekuatan menggenggam kebenaran dimasa sulit, bukan kelemahan..

    "Perbuatlah apa saja yg kau inginkn kpd kami, paling jg anda hanya bisa melakukannya didunia ini, smg Tuhan mengampuni dosa2kami"

    Tukang sihir firaun mengkalkulasi max resiko yg dihadapi, berupa hrs meninggalkn dunia yg fana ini, sbg konsekwensi memegang kebenaran.

    Sikap ksatria tukang sihir Firaun memegang kbnrn adlh teladan bagi dai di setiap zamn, diabadikn dlm Alqur'an dan dibaca dlm shalat.

    Dai dari awal pasti sdh mngkalkulasi resiko setiap langkahnya, bahwa mrk adlhashaburrisalah, yg terus harus berjalan dlm kondisi apapun.

    Dlm dua kondisi yg berseberangan "filmansyati walmakroh" sdg semangat atau malas, sdg senang atau sulit.

    Guruku bilang, ini adalah konsekwensi marhalah, harapan masyarakat kpd kita begitu tinggi, secara Nasional dan Internasional jadi sorotan.

    Dibalik kesulitan banyak hikmah ambil, lbh tanggap pd saudara2 yg mustadafin, taawun, masuliyah..

    "You are what you believe. Be mindful with your mind"

    “Tidak kecewa orang yang istikharah (minta pilihan kepada Allah), tidak menyesal orang yang bermusyawarah, dan tidak melarat orang yang hemat.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Ash-Shaghir dan Al-Ausath)

    Syura atau musyawarah merupakan derivasi (kata turunan) dari kata kerja ‘syawara’. Dan kata ‘syawara’ mempunyai beberapa makna, antara lain memeras madu dari sarang lebah; memelihara tubuh binatang ternak saat membelinya; menampilkan diri dalam perang. Dan makna yang dominan adalah meminta pendapat dan mencari kebenaran.

    Secara terminologis, syura bermakna “memunculkan pendapat-pendapat dari orang-orang yang berkompeten untuk sampai pada kesimpulan yang paling tepat.” (Nizhamul-Hukmi Fil-Islam, Dr. ‘Arif Khalil, hal. 236)

    Rasulullah saw. menjadikan berjalannya syura sebagai indikator kepemimpinan yang baik. Beliau bersabda, “Jika para pemimpin kalian adalah orang-orang terbaik, orang-orang kayanya merupakan orang-orang yang paling dermawan, dan urusan kalian dimusyawarahkan di antara kalian, maka permukaan bumi lebih baik bagi kalian dari pada perut bumi. Dan jika para pemimpin kalian adalah orang-orang paling buruk, orang-orang kaya merupakan orang-orang paling kikir, dan urusan kalian diserahkan kepada perempuan-perempuan kalian, maka perut bumi lebih baik bagi kalian ketimbang permukaannya.” (HR. At-Tirmidzi)

    Apa yang diucapkan Rasulullah saw. itu tidak lain mempertegas perintah Allah swt. Firman-Nya, “Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-syura: 36)

    Dengan ayat itu, kita memahami bahwa Islam telah memposisikan musyawarah pada tempat yang agung. Syari’at Islam yang lapang ini telah memberinya tempat yang besar dalam dasar-dasar tasyri’ (yurisprudensi). Ayat itu memandang sikap komitmen kepada hukum-hukum syura dan menghiasi diri dengan adab syura sebagai salah satu faktor pembentuk kepribadian Islam, dan termasuk sifat-sifat mukmin sejati. Dan lebih menegaskan urgensi syura, ayat di atas menyebutkannya secara berdampingan dengan satu ibadah fardhu ‘ain yang tidaklah Islam sempurna dan tidak pula iman lengkap kecuali dengan ibadah itu, yakni shalat, infak, dan menjauhi perbuatan keji.

    Bahkan untuk urusan keluarga saja, Allah swt. memerintahkan syura. Perhatikanlah ayat berikut, “Maka jika mereka berdua ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” (QS. Al-Baqarah: 233)

    Wajar jika Rasulullah saw. adalah orang yang bersemangat untuk melaksanakan syura itu. Beliau banyak meminta pendapat (istisyarah) kepada para sahabatnya, baik dalam urusan besar maupun urusan kecil. Baik dalam masa-masa damai maupun saat peperangan. Beliau bertanya kepada laki-laki juga perempuan. Beliau mendengar pendapat mereka baik secara pribadi-pribadi maupun kolektif.

    Beliau pernah meminta pendapat kaum Muslimin dalam perang Badar. Seorang sahabat yang bernama Al-Habab Bin Mundzir mengusulkan untuk mengubah strategi berperang. Lalu Rasulullah saw. menerima pendapat itu seraya mengatakan, “Kamu telah mengemukakan pendapat yang baik.”

    Rasulullah saw. juga menerima usulan para sahabatnya dalam perang Uhud. Meskipun kaum Muslimin mengalami kerugian dalam perang itu, namun Quran tetap menekankan pentingnya musyawarah itu. Setelah usai perang Uhud, turunlah ayat Quran, “Maafkanlah mereka, mintakanlah ampunan bagi mereka, dan ajaklah mereka bermusyawarah.” (QS. Ali ‘Imran: 159)

    Jika kaum Muslimin mengalami kerugian dalam sebuah pertempuran sementara syura telah menjadi prinsip di tengah masyarakat mereka, maka hal itu seribu kali lebih baik ketimbang mereka menyerahkan urusan mereka kepada penguasa zalim yang otoriter dan memperbudak.

    Khalifah Umar Bin Khattab mengatakan, “Tiada kebaikan pada suatu urusan yang dilaksanakan tanpa musyawarah.” (An-Nizham As-Siyasi Fil-Islam, Muhammad Abdul-Qadir Abu Faris.)

    Para sahabat dan para khalifah menempuh jalan yang telah digariskan oleh Rasulullah saw., nabi, dan pemimpin mereka dalam berbagai lini kehidupan. Mereka mengaplikasikan sistem syura pada masa-masa khulafaur-rasyidin. Abu Bakar misalnya, meminta pendapat Umar Bin Khattab dan mengumpulan para sahabat lainnya untuk membincangkan persoalan apa saja yang tidak didapati nashnya dalam Quran dan tidak pula dalam Sunnah. Dan begitu pula yang dilakukan Umar, Utsman, Ali, dan para pemimpin penaklukan.

    Saat terjadi pertempuran dengan Persia, Panglima Tentara Persia meminta bertemu dengan Panglima Perang Kaum Muslimin untuk melakukan perundingan. Setelah Panglima Tentara Persia itu menyampaikan keinginannya, Panglima Perang Muslimin menjawab, “Beri saya waktu untuk bermusyawarah dengan orang-orang.” Panglima Persia itu mengatakan, “Kami tidak mengangkat orang yang selalu mengajak bermusyawarah sebagai pemimpin.” Panglima Muslim itu menjawab, “Karena itulah kami selalu mengalahkan kalian. Kami justru tidak pernah mengangkat pemimpin dari orang yang tidak mau bermusyawarah.”

    Abu Bakar Ash-Shiddiq mengambil keputusan untuk memerangi orang-orang yang murtad setelah meminta pendapat para sahabat secara luas. Beliau meyakinkan mereka dengan nash-nash dan dalil-dalil yang dikemukakannya. Itu pula yang dilakukan oleh Al-Faruq. Dan Ali Bin Abi Thalib mensyaratkan agar orang-orang merujuk kepada ahlusy-syura (orang-orang yang berkompeten untuk bermusyawarah) sebelum ia bersedia menerima kepemimpinan kaum mukminin.

    Syura wajib diikuti

    Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. –baik yang bersifat qauli (perkataan) maupun ‘amali (praktik)– telah menjelaskan bahwa syura memiliki nilai tinggi, wajib diikuti, dan bagian tak terpisahkan dari agama Islam. Firman Allah swt., “Maafkanlah mereka, mintakanlah ampunan bagi mereka, dan ajaklah mereka bermusyawarah.” (QS. Ali ‘Imran: 159)

    Ayat itu turun setelah terjadi Perang Tabuk. Ayat itu mengakui kebenaran jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah saw. yang telah mengajak bermusyawarah kepada para sahabat untuk menghadapi orang-orang kafir di Uhud.

    Dalam ayat 159 surah Ali ‘Imran: “fa bimaa rahmatin minallaahi linta lahum” (maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka) menunjukkan adanya perintah eksplisit wajibnya bersikap lemah lembut dan menyebarkan kedamaian dalam hati orang-orang yang bermusyawarah (para pembuat keputusan); dan mencerabut rasa takut dari hati mereka serta membuka ruang bagi mereka untuk mendiskusikan persoalan. Walaupun pada dasarnya mereka harus taat baik dalam hal yang ia suka atau pun dalam hal yang ia tidak suka.

    “Walau kunta fazhzhan ghalizhal-qalbi lanfadhdhu min haulik” (sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu), seandainya para peserta musyawarah merasakan ketakutan di tengah majelis pemimpinnya tentu mereka akan memilih patuh dalam rangka menyelamatkan diri dan akan menerima segala apa yang dikatakannya. Mereka tidak akan berani mengemukakan gagasan dan pemikiran mereka. Mereka juga tidak akan susah payah membela hujah-hujah mereka.

    Jadi, suasana yang harus dimunculkan, seperti yang diungkapkan Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya, Tafsir Al-Quranil-‘Azhim, adalah suasana penuh keakraban dan kebersihan hati agar mereka lebih bersemangat melaksanakan musyawarah itu.

    “Fa’fu ‘anhum wastaghfir lahum wa syaawirhum fil-amr” (maka maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu). Jika suasana kedamaian telah muncul di kalangan para peserta musyawarah, maka adalah kewajiban mereka untuk bekerja keras dalam mengemukakan pandangan guna mencari solusi dan alternatif, menyampaikan alasan, pilihan dan skala prioritas.

    Penyebutan perintah musyawarah setelah perintah memaafkan dan memohonkan ampunan tidak harus dipahami sebagai urutan. Keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Dan pemaafan serta permohonan ampunan terus berlangsung hingga usai majelis musyawarah. Tujuannya adalah untuk memaafkan dan memintakan ampunan kepada Allah atas segala kesalahan yang dilakukan para peserta musyawarah seperti omongan yang sia-sia, kekasaran dalam berbicara tanpa sengaja, dan sebagainya.

    Kedudukan Syura

    Al-Fakhrur-Razi, dalam tafsirnya, mendukung pendapat bahwa syura hukumnya wajib. Sebab hukum syura ditetapkan melalui perintah (amr). Sedangkan perintah menunjukkan makna wajib. Pendapat itu pula yang dipilih oleh Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya. Abu Hurairah mengatakan, sebagaimana dicatat oleh Al-Bukhari, “Aku tidak melihat orang yang paling banyak bermusyawarah dengan para sahabatnya selain Rasulullah saw.”

    Perbedaan pendapat terjadi dalam membincangkan: apakah hasil syura itu mengikat? Makna syura yang mengikat adalah syura yang menjadikan pemimpin atau penanggungjawab terikat dengan keputusan yang muncul dari jama’ah yang direpresentasikan oleh majelis niyabi (majelis perwakilan atau majelis syura) atau keputusan musyawarah yang dilakukan oleh ahlul-halli wal-‘aqdi , istilah yang populer dalam fiqih Islam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa syura itu mengikat. Ada pula yang mengatakan bahwa ia hanyalah memberi informasi.

    Pendapat yang mengatakan bahwa syura bersifat informatif belaka konsekuensinya bahwa pemimpin, amir, atau pun amirul-mukminin boleh meminta pendapat para ulama, para fuqaha, para pemikir dan orang-orang yang mempunyai keahlian tertetu. Akan tetapi, ia tidak terikat oleh pendapat mereka. Ia boleh melakukan apa saja yang menurutnya baik dan diyakininya, selama tidak bertentangan atau keluar dengan nash.

    Para fuqaha, pemikir, mujtahid, dan ahli hadits kontemporer kita telah sampai pada kesimpulan bahwa syura itu mengikat pemimpin jika syura itu muncul dari lembaga yang dikhususkan dan berkompeten untuk itu. Mereka mengambil dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam Al-Qur’an ada dua ayat yang membicarakan masalah syura. Yang pertama, “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulaatkan tekad, maka bertakwakallah kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran: 159)

    Para ulama memahami dari ayat itu bahwa imam meminta pendapat kemudian setelah itu memancangkan tekad. Atas apa dia bertekad? Untuk melaksanakan pendapat yang bukan merupakan pandangannya? Ataukah atas pendapat yang bertentangan dengan pendapat ahlus-syura? Tentu tidak. Sesungguhnya syura tidak berbenturan dengan tekad (‘azm) setelah jelas yang paling tepat dan paling maslahat.

    Dan ayat kedua menggambarkan bahwa kaum mukminin dalam kehidupan mereka, shalat mereka, interaksi mereka dan dalam segala urusan penting mereka berpijak di atas landasan saling memahami dan musyawarah guna mencapai hal yang lebih baik dan lebih maslahat. Ayat tersebut terdapat pada surat Asy-Syura ayat 38.

    Ada pun dalam Sunnah kita mendapati Rasulullah saw. sebegitu jauh menggunakan syura ini. Beliau banyak sekali meminta pandangan para sahabat dan keluarganya, laki-laki dan perempuan, dewasa dan anak-anak, orang-orang secara umum dengan aneka cara dan berbagai bentuk. Artinya beliau mengajari manusia secara umum untuk berpartisipasi, berpikir, dan turut bertanggungjawab.

    Rasulullah saw. pernah berbicara kepada Abu bakar dan Umar, “Jika kalian berdua bersepakat atas satu urusan niscaya aku tidak akan berbeda pendapat dengan kalian.” Dalam pernyataan itu, ada isyarat yang jelas adanya prinsip mayoritas. Dan bahwa hasil syura mengikat pemimpin walaupun semua itu bukan merupakan pendapatnya.

    Dalam situasi perang, tidak banyak kesempatan untuk mengembangkan iklim dialogis sehingga peran musyawarah menjadi lemah dan kecil. Namun demikian, sebagai bukti concern-nya Rasulullah saw. dalam mengokohkan tiang kehidupan masyarakat Islam, beliau tetap bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam saat terjadi Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq. Rasulullah saw. menerima dan mengikuti pendapat mereka tanpa mengecam mereka karena kemudian terbukti bahwa usulan mereka tidak menguntungkan kaum Muslimin. Rasulullah saw. tidak mengatakan kepada mereka, misalnya, “Tuh lihat, apa yang terjadi akibat kalian bersikeras untuk keluar dari Madinah ke Uhud dan tidak mau mengikuti pendapatku?” Agar pemikiran mereka tidak menjadi tumpul dan agar partisipasi mereka tidak menjadi sempit. Sebab, mereka hanya menyampaikan gagasan yang mereka anggap baik atas dasar keikhlasan dan keyakinan.

    Sikap para fuqaha kontemporer

    Bila kita menelaah apa yang ditulis dan dikemukakan oleh para ulama dan mujtahid kontemporer, yang mempunyai reputasi tinggi dan terpercaya dalam hal ilmu dan keamanahannya, kita akan menemukan bahwa sejumlah besar mereka berpandangan bahwa syura itu bersifat mengikat.

    Hasan Al-Banna –pendiri jamaah dakwah Ikhwanul Muslimin– pada mulanya berpandangan bahwa syura hanya bersifat masukan. Dia begitu bersemangat menawarkan gagasan itu kepada sahabat-sahabatnya, melalui dialog-dialog. Akan tetapi, pada masa-masa akhir kehidupannya ia menerima pandangan bahwa syura bersifat mengikat. Beliau mewariskan sebuah qanun (undang-undang) jama’ah yang disusun oleh tim yang terdiri dari ‘Abdul-Hakim ‘Abidin, Thahir Al-Khasysyab, dan Shalih Al-‘Asymawi. Dengan diketuai oleh Hasan Al-Banna, tim itu mengajukan draft undang-undang tentang syura itu. Maka, ditetapkanlah undang-undang itu pada tahun 1948 –setahun sebelum ia syahid. Undang-undang itu menyatakan keharusan menerima dan memegang pandangan mayoritas. Jika ada suara berimbang, maka pemimpim jama’ahlah yang menimbang di antara keduanya. Dan cara semacam itu dipakai dalam setiap lembaga modern di sebagian besar penjuru dunia ini.

    Tampaknya, Hasan Al-Banna mengambil pandangan bahwa syura bersifat masukan saat para muridnya masih baru tumbuh. Namun, setelah mereka mencapai kematangan dalam pemahaman, ia mengambil pandangan bahwa syura itu mengikat. Agar hal itu menjadi landasan yang kokoh dalam qanun asasi bagi tanzhim yang dibangun dan dipimpinnya itu.

    Al-Maududi juga mempunyai pandangan serupa dengan pandangan Hasan Al-Banna itu. Ia mengatakan bahwa syura bersifat memberikan masukan saja. Dalam bukunya, Nizham Al-Hayat Fil-Islam, ia menyatakan bahwa kepala negara mempunyai hak menolak pendapat syura. Namun pada akhirnya, setelah melalui pengalaman panjang dalam memimpin jama’ah yang ia dirikan, ia meninggalkan pandangan itu dan mengambil pandangan tentang syura yang mengikat. Ia kemudian mengukuhkan pandangannya itu dalam bukunya, Al-Hukumah Al-Islamiyyah. Di situ ia menegaskan wajibnya menerima apa yang telah menjadi kesepakatan semua atau mayoritas ahlus-syura. Jika tidak, maka syura kehilangan makna dan nilainya, sebagaimana yang dikatakan Al-Maududi.

    Dr. Musthafa As-Siba’i pun mempunyai pandangan itu dan ia puas dengan pandangan itu selama ia menjadi mas’ul (pemimpin) tanzhim Ikhwan di Suriah. Begitu pula Syaikh Muhammad Syaltut dalam bukunya, Min Taujihatil-Islam, dan Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Asy-Syahid Sayyid Qutuhb, Asy-Syahid ‘Abdul-Qadir ‘Audah, Dr. Muhammad ‘Abdul-Qadir Abu Faris, dan lain-lain. Mereka semua menganut pandangan itu. Dan pandangan mereka itu selalu ditegaskan dalam buku-buku dan ceramah-ceramah mereka.

    Aplikasi di kalangan sahabat

    Syura seperti yang dipraktikkan Rasulullah saw. dilakukan pula para khulafaur-rasyidin. Ketika Abu Bakar bermusyawarah untuk memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat dan beberapa orang menentangnya, di antaranya Umar Bin Khattab, ia tidak melepas urusan itu begitu saja dan tidak pula semena-mena dengan pendapatnya sendiri. Abu Bakar melawan mereka dengan argumentasi hingga mereka tak berkutik lagi. Keputusannya adalah memerangi orang-orang yang memisahkan antara shalat dan zakat karena mereka dipandang telah murtad.

    Dalam kitabnya, Al-Kharaj, Al-Qadhi Abu Yusuf menyebutkan bahwa ‘Umar Bin Khattab bermusyarah dengan para sahabat lainnya tentang tanah Iraq dan Syam. Ia menginginkan agar tanah itu menjadi wakaf bagi kaum Muslimin secara umum untuk memenuhi kebutuhan dana jihad; menggaji para hakim, para pegawai pemerintahan, dan para prajurit; memberi nafkah kepada para janda, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan; serta manfaat lainnya bagi seluruh kaum Muslimin. Ternyata, ada orang yang berpandangan berbeda dengan usulan itu. Maka diadakanlah musyawarah yang melibatkan sepuluh orang sahabat penduduk Madinah. Mereka berdiskusi selama tiga hari sampai Umar mengemukakan argumentasi yang meyakinkan mereka akan kebenaran pendapatnya. Dan itulah yang menjadi keputusan syura.

    Umar tidak melalukan tekanan kepada majelis syura. Yang terjadi justru sebaliknya. Umar mengatakan kepada mereka saat berkumpul, “Saya mengganggu kalian tidak lain agar kalian berperan serta dalam menanggung amanah saya dan urusan-urusan kalian yang saya pikul. Saya tidak lain seperti kalian juga. Dan hari ini, kalian telah mengemukakan kebenaran. Ada yang berbeda dan ada yang setuju dengan saya. Saya tidak ingin kalian mengikuti pendapat saya. Bersama kalian ada Kitabullah yang berbicara kebenaran. Demi Allah, jika saya mengatakan sesuatu yang kuinginkan maka saya tidak menginginkan selain kebenaran.” Mereka menjawab, “Kami dengar, wahai Amirul-Mukminin.” Allahu a’lam.

    Oleh : Ustadz Iman Santoso, Lc

    Connect With Us

    Recommend us on Google!

    footer Post 2

    Popular Posts

    • [Buku Baru] Mursi, President From Hero to Superhero
    • [download] Buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri" Memuat Peran Penting IM
    • PKS TV - MAKAN ASINAN BERSAMA WARGA
    • Inilah Jawaban Kami...
    • Untuk Saudaraku Yang Beralih
    • Agar Disayang Istri Setiap Hari
    • PKS Mulai Seleksi Caleg 2014. Juga Melibatkan Calon Eksternal
    • Senyum Syuhada Syeikh Uwais Ulama Al Azhar 'Sang Perindu Syahid'
    • Hidayat Nur Wahid: Kiamat Tak Datang Tiba-tiba
    • Terjang Banjir, Kader PKS Bagikan Nasi Bungkus ke Warga

    Recent Posts

    • Comments
    • Tags
    Alam Islami Bekerja Untuk Jakarta BERITA Berita Foto Breaking News Dunia Islam feature HAROKAH Kabar DPRa Kegiatan Kiprah PKS kolom Liputan Media Liputan Video Menteri PKS Mukernas PKS Parlementaria Pemilukada PKS 3 Besar PKS TV Profil Profil PKS TAUJIHAT Tulisan Kader Twitter

    Latest From

    About Us

    Spice Mag - Premium free blogger template developed by spicytricks.com.

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Maecenas hendrerit iaculis nunc. Curabitur in eros ipsum. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas. Duis at mi justo, non suscipit elit. Nunc aliquam luctus adipiscing. Nullam sit amet lacus vitae odio congue mollis eu non magna. Duis sed arcu a libero adipiscing rhoncus. Aliquam erat volutpat. Suspendisse sed nunc metus, sed aliquet arcu.

    Quick Links

    • Alam Islami
    • Bekerja Untuk Jakarta
    • BERITA
    • Berita Foto
    • Breaking News
    • Dunia Islam
    • feature
    • HAROKAH
    • Kabar DPRa
    • Kegiatan
    • Kiprah PKS
    • kolom
    • Liputan Media
    • Liputan Video
    • Menteri PKS
    • Mukernas PKS
    • Parlementaria
    • Pemilukada
    • PKS 3 Besar
    • PKS TV
    • Profil
    • Profil PKS
    • TAUJIHAT
    • Tulisan Kader
    • Twitter

    Follow Us

    Copyright 2012 Kabar PKS. All rights reserved.

    Designed by spicytricks.